Sunday, April 29, 2012

Eko dan Madun Berjuang Untuk Hidup...

Madun! Demikian
sapaan akrabnya. Meski baru berusia 2,5 tahunan, namun monyet kecil asal Tasikmalaya, Jawa barat itu pandai benar beratraksi. Minggu (29/4) siang itu misalnya, Madun kembali unjuk gigi.

Di kawasan lampu bangjo persimpangan Panggung, Jebres Solo, ia berlenggak-lenggok di atas egrang kayu bak peragawati. Siapa sangka, penampilan Madun di tengah lalu lalang kendaraan dan terik mentari itu, rupanya menciptakan oase tersendiri.

Madun beraksi layaknya manusia. Ia kenakan kaos ala Madura serta topeng lucu nan menggemaskan.. Dan begitu lampu bangjo menyala merah, Madun pun menari-nari lincah di atas egrang mengiringi saron anak-anak yang dimainkan Eko, sang majikannya. “Ayah-ayah... itu monyet lucu sekali,” teriak anak kecil dari balik kaca mobil ketika menyaksikan Madun berjoged. Madun dan Eko memang seperti sahabat karib. Mereka hidup dan saling menghidupi melalui sebuah pertunjukkan jalanan topeng monyet.

Setiap hari, Eko yang masih membujang itu berperan sebagai penabuh saron mengiringi joged Madun di atas egrang. Ia juga harus mempersiapkan segala bekal dan property yang dibutuhkan rekan kerjanya itu. “Mulai baju, topeng, egrang, gerobak mainan, payung, kacamata, dan lain-lainnya, saya yang menyiapkannya,” kata Eko saat berbincang di sela-sela istirahatnya.

Kerjasama yang apik itu, akhirnya menciptakan sebuah pertunjukkan yang menghibur. Jalan raya yang membakar kulit sekalipun, seakan tak lagi terasa panas begitu menyaksikan atraksi Madun. Penampilan Madun dan Eko sesungguhnya juga menyiratkan sebuah pesan mendalam betapa hidup memang harus tetap diperjuangkan betapa pun harus memilih jalan yang pahit.

“Kalau udaranya panas kayak begini, saya sering kasihan lihat Madun kehausan. Makanya, kalau sudah siang, saya pulang,” ujar Eko yang kali itu mengaku mampu mengumpulkan uang recehan dari pengguna jalan senilai Rp 25.000. Sejak setahun lalu, Madun dan Eko memang memilih merantau ke Kota Solo. Di sebuah kontarakan mungil di kawasan Bibis Wetan, Banjarsari, Solo, di sanalah mereka tingal.

Layaknya seorang sahabat, Eko setiap hari tak pernah lupa membikinkan susu kesukaan Madun. “Kalau makannya, nggak begitu rewel. Cuma minumnya, harus susu. Kalau nggak ada susu, ya beli minuman kemasan lainnya,” ujar Eko yang mengaku warga Kabupaten Pati ini. Sebelum beranjak pulang, Eko sempat mengutarakan mimpinya. Melalui reportoar jalanannya itu, Eko ingin bisa menabung untuk masa depan yang lebih baik. “Saya juga pingin menikah dan hidup lebih baik seperti orang-orang lainnya,” ujarnya
Read More

Tentang Blog

Ini hanya cerita tentang orang biasa. Tentang ketegarannya, kesabarannya, ketekunannya, kebesaran jiwanya, dan kepasrahan hidupnya kepada pemangku jagad ini.

Terpopuler

Designed ByBlogger Templates