Monday, August 18, 2008

sepenggal kisah pejuang '45



Dari peluru hingga ke buku...

Oleh: Aries Susanto

“Merdeka!!” pekik Soenarso, Sabtu (16/8) malam itu. Di pelataran rumahnya di RT 01/ V Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, Solo, suara Soenarso masih terdengar membakar, meski sedikit bergetar. Mungkin karena usianya yang telah menginjak kepala delapan itu, suara Soenarso pun tak lagi kencang. “Eyang sudah tua. Usianya sekarang 80 tahun. Eyang sendiri yang memaksa acara tirakatan ini digelar di rumahnya,” ujar Suwardi, ketua RT setempat.

Malam itu, Soenarso benar-benar ingin mengenang masa mudanya dulu ketika gigih berjuang bersama Tentara Pelajar di Kota Bengawan ini. Lagu-lagu perjuangan ia putar. Songkok hitam yang ia kenakan, dia pasangi bendara merah putih berukuran mungil. Lantas, dia membagi selebaran tulisan berisi sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang ia tulis dengan segala ingatan yang masih melekat di sanubarinya.

Di bawah terang purnama malam itu, mantan pejuang 45 itu berkali-kali memekikkan kata “Merdeka!” Tangannya mengepal ke atas. Suaranya masih bersemangat. Puluhan warga yang hadir, spontan memekikkan kata “Merdeka” bersama-sama. “Bangsa kita sudah merdeka. Van Solo begint de Victory. Dari Solo dimulai kemenangan,” kata Soenarso di hadapan warga RT setempat yang hadir pada acara tirakatan itu.

Bak sang resi yang sedang memberi bimbingan kepada para muridnya, Soenarso pun berkisah dengan pelan dan runtut tentang perjuangan tentara pelajar di Solo. Ada kisah perjuangan merampas senjata tentara Jepang. Ada pula perjuangan menggempur pertahanan tentara Belanda yang lebih dikenal dengan sebutan Serangan Umum Empat Hari di Solo. “Sebelum tentara Belanda datang ke Solo tahun 1949, jumlah tentara pelajar hanya 200 orang. Namun begitu tentara Belanda datang, jumlah tentara pelajar meledak menjadi 2000,” ujarnya penuh kebanggaan.

Jumlah Tentara Pelajar sebanyak itu, rupanya cukup membikin pusing dan kalang kabut tentara musuh. Soalnya, tentara pelajar yang tersebar di lima rayon di Kota Solo, setiap waktu selalu bikin gerah tentara asing dengan aksi perampasan senjata. “Setelah berhasil merebut senjata dan membunuh tentara Belanda cukup banyak, akhirnya disusunlah Serangan Umum Empat hari di Solo tahun 1949 hingga membuat tentara asing angkat kaki dari Solo dan dari Bumi Indonesia untuk selamanya,” ujarnya.

Kemenangan, memang tak lahir dengan sendirinya tanpa melaluli sumbu sejarah yang panjang. Kemenangan itu, kata Soenarso, harus ditebus dengan darah dan air mata, juga dari anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan, berdirinya Tugu Lilin pada tahun 1933 itu, tegasnya, adalah isyarat sebuah kemenangan. “Fondasi Tugu Lilin dibangun dari gumpalan tanah yang dibawa dari sabang sampai meraoke oleh para pemuda Indonesia. Itulah sebabnya, kenapa dulu pemerintah Belanda meminta membongkar Tugu Lilin, karena mereka takut jika melahirkan semangat persatuan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Setelah berhasil mengusir bangsa penjajah, Soenarso dan kawan-kawan eks Tentara Pelajar rupanya tak mau berpangku tangan. Mereka terus berjuang dengan mendirikan ribuan taman pendidikan SD di pelosok-pelosok desa hanya dalam waktu sekejap, dua tahun. Ini adalah bukti nyata perjuangan para Tentara Pelajar yang telah mereka abadikan dalam semboyan “from the bullet to the books.” “Dari peluru ke buku adalah semboyan teladan, betapa pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa. Kepada generasi penerus, ayo berjuang dengan keyakinan bahwa Tuhan bersama kita,” nasihatnya malam itu.

Kini, bangsa Indonesia telah merdeka. Melalui sepenggal kisah sejarah perjuangan itu, Soenarso ingin menegaskan bahwa perjuangan sekarang bukan lagi dengan memanggul senapan di pundak. Namun musti dengan jalan memberantas mentalitas pemalas dan korupsi, lalu menumbuhkan kembali mental kemandirian dan kepercayaan pada bangsa sendiri. “Itulah semangat tentara pelajar yang musti dikobarkan terus menerus kepada generasi sekarang,” kata Soenarso.

Aries Susanto, wartawan SOLOPOS, bertugas di Kota Solo



1 comment:

  1. mas saya mau tanya
    tentara pelajar saat serangan 4 hari di surakarta itu berapa orang, dimana aja?
    sejarah tentara pelajar di solo terbentuk dari mana?
    saya ingin membuat buku tentang serangan itu. mohon bantuannya :D

    ReplyDelete

Tentang Blog

Ini hanya cerita tentang orang biasa. Tentang ketegarannya, kesabarannya, ketekunannya, kebesaran jiwanya, dan kepasrahan hidupnya kepada pemangku jagad ini.

Terpopuler

Designed ByBlogger Templates