Zaskia Nur Aulia adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil, pasangan Siti Munfi’atun dan Agus itu terkenal periang. Kemana pun ibunya pergi, dia seperti tak mau berpisah. Namun, keceriaan Zaskia tiba-tiba seperti teregggut ketika sebuah acara halalbihalal digelar di kampungnya pekan lalu, Minggu (12/9). Tubuh mungil bocah itu tanpa dinyana tercebur ke dalam panci besar berisi air mendidih. Separoh tubuhnya—mulai kedua lengan kaki hingga lehernya—seketika memerah dan melepuh. “Saat itu, dia ingin membantu ibunya yang masak di dapur di rumah tetangganya dalam acara halal bihalal. Tapi, semua malah berubah malapetaka,” kisah Biman, kakek Zaskia penuh kesedihan.
Orangtua Zaskia mungkin lupa betapa usia anaknya itu masih terlalu dini untuk belajar membantu ibunya. Dan malapetaka itu bermula hanya dalam sekejap mata. Zaskia yang berada di dapur itu melangkah ke belakang sambil membawa kuah soto untuk suguhan ayahnya. “Saat baru tiga langkah, dia terjungkal ke belakang dan masuk panci besar berisi air mendidih. Dia pun langsung meronta kencang,” tambah Biman.
Jeritan Zaskia itu seketika membuat seisi rumah acara halalbihalal tersentak histeris. Ia yang terendam air mendidih itu langsung ditarik. Sekujur tubuhnya langsung disemprot air kran dan dilepas bajunya. “Saat itu, yang terpikir bagaimana menyelamatkan nyawa Zaskia,” kata Biman. Ambulan pun meluncur cepat dengan sirine meraung-raung mengangkut Zaskia ke RSI Klaten. “Berulangkali, Zaskia dipindah kamar karena penjenguk datang seperti tak henti. Dokter khawatir, terlalu banyak penjenguk bisa membuat luka Zaskia terkena infeksi,” kata Siti.
Beruntung nyawa Zaskia berhasil tertolong. Selama berhari-hari dirawat intensif, kondisi bocah malang itu pun kini telah membaik. Namun, Mufi’atun seperti masih menyimpan gundah. Ia rupanya terbayang seluruh biaya perawatan puteri kesayangannya itu yang diluar kesanggupannya. Suaminya hanyalah pekerja biasa di pabrik gula Goendang Winagoen Klaten. Dia sendiri hanyalah seorang ibu rumah tangga tanpa penghasilan sama sekali. Sedangkan, kartu Jamkesmas, Jamkesda, atau pun Jamkesprov bagi warga kurang mampu seperti dirinya itu hingga kini hanya terbayang diawang-awang. “Seluruh biaya kami tanggung sendiri. Tak ada bantuan dari pemerintah,” katanya lirih.
Mendengar kisah pilu itu, Kepala Dinas Kesehatan Klaten, dr Ronny Roekmito serasa tak bisa berbuat banyak. Menurutnya, satu-satunya upaya ialah berharap ada tangan-tangan dermawan dari masyarakat atau pihak RSI Klaten yang bersedia meringankan biaya perawatan Zaskia. “Jika tak memperoleh Jamkesmas, Jamkesda, atau Jamkesprov, harapannya semoga pihak RSI Klaten bersedia meringankan biayanya,” kata Ronny.
No comments:
Post a Comment