Friday, September 24, 2010

Kematian Zaskia adalah potret kekalahan orang miskin

Zaskia Nur Aulia akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya di RSI Klaten, Rabu (22/9) siang. Zaskia pergi penuh cerita pilu. Kepergian bocah malang yang tercebur ke dalam panci berisi air mendidih beberapa waktu lalu itu sungguh potret kekalahan orang-orang miskin di negerinya sendiri. Ironis memang. Sebab, hingga di ujung mautnya itu, Zaskia yang lahir dari keluarga kurang mampu itu tetap tak mendapatkan Jaminan kesehatan dari pemerintah. “Zaskia meninggal di tengah hiruk pikuk politik di Klaten. Dan nyawa Zaskia sungguh tak dianggap penting bagi para pemimpin di Klaten,” kata Zainal Abidin, tetangga keluarga Zaskia yang sejak awal mendampingi dan memperjuangkan nasib keluarga Zaskia dalam memperolah Jamkesmas dan Jamkesda.
Zainal telanjur kecewa. Ia juga marah bercampur sedih. Sebab, upaya kerasnya dalam merebut Jamkesmas dari tangan pemerintah untuk orang miskin seperti Zaskia rupanya berujung sia-sia. Dan bocah dari Desa Gledek Karanganom Klaten itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya tanpa menikmati sepeserpun uang yang semestinya menjadi hak orang miskin seperti dirinya. “Dari Desa hingga Pemkab Klaten saya datangi. Namun, jawabnya sama; tak ada lagi quota bagi Zaskia,” katanya.
Malapetaka, siapapun tentu tak mengharapkannya. Tak terkecuali bagi Zaskia, bocah yang terlahir dari seorang buruh pabrik dan buruh rumah tangga musiman itu. Kini, ketika Zaskia telah pulang ke negeri keabadian, tak satu pun pejabat pemerintah yang peduli. Ayah-ibunya, Agus dan Siti Munfiatun barangkali hanya bisa mengenang masa-masa keceriaan anak bungsunya itu dari balik air matanya yang berlinang.
Kepergian Zaskia barangkali hanya dianggap angin lalu layaknya orang miskin tanpa nama. Namun tak demikian bagi Zainal. Pria yang telah menanggung biaya perawatan Zaskia selama di RSI Klaten itu tetap menganggap penting arti sebuah kematian Zaskia. “Kematian Zaskia adalah cermin betapa banyak calon pemimpin di Klaten ini yang tak tanggap atas nasib orang miskin,” kecamnya.
Dokter spesialis bedah anak yang menangani Zaskia, dr Guntur Surya Alam mengungkapkan, Zaskia meninggal disebabkan daya tahan tubuhnya yang melemah sejak Selasa (21/9) malam. Kesadarannya menurun disertai muntah-muntah. “Saya sungguh tak menduga Zaskia meninggal begitu cepat,” kata dr Guntur berbela sungkawa.
Zaskia pergi di saat kegaduhan politik di Kota Bersinar itu telah usai. Kepergiannya mungkin tak banyak yang tahu dan menyesalinya. Namun, ia pergi dengan sebuah pesan mendalam betapa masih banyak orang-orang miskin di Klaten yang tak tercover jaminan kesehatan, baik pemerintah daerah, provinsi atau nasional. “Semoga kepergian Zaskia bisa mengetuk hati para pemimpin di Klaten,” kata Zainal penuh harap.


No comments:

Post a Comment

Tentang Blog

Ini hanya cerita tentang orang biasa. Tentang ketegarannya, kesabarannya, ketekunannya, kebesaran jiwanya, dan kepasrahan hidupnya kepada pemangku jagad ini.

Terpopuler

Designed ByBlogger Templates