Sunday, December 26, 2010

orkestra cinta

Pesan singkat itu datang di sepertiga malam. Aku pun terbangun. Aku telah menduga, itu pasti darimu. “Don’t let me alone...” sebaris kalimat penuh cemas itu kuketik di layar ponselku. Lalu kukirim penuh harap. Dan hatiku pun terus terjaga di antara gelisah dan harapan. Waktu terus merambat. Namun tak kunjung datang balasan darimu. Aku berpikir, mungkin dirimu sengaja menyampaikan pesan tersirat kepadaku sebagaimana pesan yang pernah kau sampaikan sehari sebelumnya dalam sekejap waktu yang hilang. Lalu kau biarkan diriku gelisah dalam kesendirian.
Aku pun ngungun dalam kebisuan. “Maafkan aku...” kataku penuh sesal. Namun, engkau masih berdiri di ujung waktu yang samar tanpa memberi jawab meski sepatah kata.
* * *
Malam itu, engkau bertanya kepadaku tentang maafku. Tahukah, sejak dirimu menghilang dari sisiku di suatu petang itu, aku sebenarnya begitu menanti datangnya pesan darimu. Aku hanya ingin meminta maaf. Itu saja. Namun, engkau tak kunjung datang. Aku hanya bisa menduga mungkinkah itu pesan tersiratmu bahwa engkau terusik dengan pertanyaan dan pernyataanku tentang orkestra cinta kita?
“Maafkan aku...” kataku sebelum tidur malam itu. Lima jam kemudian engkau baru membalas.
“Kenapa, Kanda?” jawabmu begitu tenang.
“Don’t let me alone...” jawabku penuh kecemasan. Setelah itu, aku tak lagi menemukan dirimu. Aku sebenarnya ingin bertanya lagi. Namun, ketenangan jiwamu sungguh membuatku merasa tak pantas bertanya lebih kepadamu. Biarlah malam ini hanya terisi dalam kebeningan doa.
* * *
Cinta terkadang memang seperti kebisuan. Di situlah kegelisahan kerap datang. Namun, di antara kata yang tak terucap itu sebenarnya juga menaburkan berjuta rasa dan asa. Engkau mungkin bersembunyi di balik misteri kata-kata. Namun, diam-diam aku yakin engkau sebenarnya perlahan mulai membangun kekuatan cinta dari samudera hati. Dari caramu hadir dalam malamku itu, engkau sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa tak selamanya cinta selalu berbuih kata. Selalu ada kata di balik kata-kata, sebagaimana selalu ada makna di balik diam. Dan diammu sesungguhnya ingin mengajakku untuk bermain orkestra cinta yang sesungguhnya.
* * *
Sayup-sayup suara azan subuh berkumandang membelah fajar. Aku yang masih tertekur dalam doa itu tiba-tiba menemukan pertunjukan orkestra cinta yang sesungguhnya darimu.

Solo, 26 Desember 2010.


No comments:

Post a Comment

Tentang Blog

Ini hanya cerita tentang orang biasa. Tentang ketegarannya, kesabarannya, ketekunannya, kebesaran jiwanya, dan kepasrahan hidupnya kepada pemangku jagad ini.

Terpopuler

Designed ByBlogger Templates