Tuesday, April 8, 2008

Pesan kematian dari tanah bencana…

Kamis (3/4) malam itu, langit tak berbintang. Mendung berjalan berarak-arakan. Hanya sebentar saja gerimis mengantar. Langit pun kembali cerah, seperti memberi isyarat terang kepada 300-an warga Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo untuk mengenang kembali terjadinya malapetaka tanah longsor di pengujung Desember 2007.
”Alhamdulillah, malam ini tidak hujan. Hanya sebentar saja tadi gerimis,” ujar Muhammad Syafei, pemimpin doa itu. Tak seberapa lama, pria tua itu mengeluarkan sehelai kertas putih dari saku bajunya.Diberikanlah kertas itu kepada Espos. Pada kertas tersebut tertera sembilan nama: Karyo, Kariyem, Tumi, Maridjan, Marinah, Tumijem, Samijem, Ernawati dan Novitasari.”Nama-nama itulah yang tadi dibacakan doa bersama. Ini kan malam sayyidul ayyam. Malam di mana doa mudah terkabul,” Syafei kembali menjelaskan dengan suara pelan.Sembilan nama itu mengingatkan kembali warga Dusun Pagah dan Sanggrahan atas musibah tanah longsor. Mereka telah pulang ke negeri keabadian. ”Tujuh di antaranya dari Dusun Pagah. Dua orang lainnya dari Dusun Sanggrahan. Mereka semua adalah korban tanah longsor. Dan malam ini adalah malam ke-100 harinya. Kami ingin mendoakan kepada mereka,” sambung Kepala Desa Paino.Malam itu, memang waktu yang dinanti-nanti oleh warga Dusun Pagah, Tirtomoyo. Lokasi yang cukup terpencil, rupanya tak menciutkan nyali warga Tirtomoyo untuk menghadiri acara doa bersama itu. Seperti parade menyambut tokoh penting, maka jalan-jalan menuju dusun mungil itu pun disulap meriah! Sepanjang jalan yang berkelok dan naik turun itu dipenuhi umbul-umbul dan lampu. Ratusan warga, mulai anak muda, serta orang tua, tumplek blek. Singkat kata, malam itu benar-benar membuat dusun yang berjarak 50-an km dari Kota Wonogiri itu seperti hidup dalam doa dan zikir bersama.Kekhusukan acara pun semakin komplet dengan hadirnya Ustad Hartono SAg. Pemimpin Pondok Pesantren Al Amin, Palur, Sukoharjo ini rupanya memahami betul kepedihan yang ditanggung warga korban tanah longsor itu. Dia pun menghibur hati yang lara dengan menukil salah satu ayat Alquran yang mengajarkan kepasrahan total kepada Sang Pencipta. ”Jangan takut mati. Karena kematian itu sudah pasti datang. Kapan pun, bagaimana pun, di mana pun, semuanya akan menjumpai kematian. Tapi, bagaimana kita menyongsong kematian itulah yang harus kita persiapkan mulai sekarang,” demikian salah satu petuahnya.Hartono juga menawarkan sekolah gratis bagi warga Pagah yang ingin menuntut ilmu di Pondok Pesantren yang dia pimpin. - Aries Susanto


No comments:

Post a Comment

Tentang Blog

Ini hanya cerita tentang orang biasa. Tentang ketegarannya, kesabarannya, ketekunannya, kebesaran jiwanya, dan kepasrahan hidupnya kepada pemangku jagad ini.

Terpopuler

Designed ByBlogger Templates