Wednesday, November 24, 2010

Mbok Wiyono dan ketiga cucunya...


Bocah itu tertidur pulas di alas tikar. Di sampingnya, duduk perempuan renta yang menjaganya. Ia tak terbangun meski di sekelilingnya penuh suara gaduh sound. Sesekali saja, ia memiringkan tubuhnya yang tirus itu tanpa sadar. “Ia mungkin kelelahan. Seharian bermain terus,” kata Mbok Wiyono, nenek yang menjaganya itu.
Arif Rahman Hakim, demikian nama indah anak itu. Usianya baru 3,5 tahun. Sejak Merapi meletus Jumat (5/11) silam, bocah itu tak pernah lagi menatap wajah kedua orangtuanya. Neneknya akan selalu mencari sejuta alasan ketika Rahman bertanya keberadaan orangtuanya sekarang. “Ayah dan ibu pergi mencari uang, Le,” kata Mbok Wiyono saat mencoba menutupi keberadaan orantua bocah itu.
Namun, lambat laun Mbok Wiyono tak mampu lagi merahasiakan keberadaan ayah ibu bocah itu. Rizal Hakim, salah satu kakak Arif Rahman Hakim yang telah berusia 11 tahun, rupanya mengetahui bahwa ayah ibu mereka telah tiada tersambar awan panas Merapi. Kakaknya yang satu lagi, Taufik Rahman, 5, juga mengetahui kabar bahwa ayah ibu mereka telah pergi untuk selama-lamanya. “Saat itu, saya dan ketiga cucu saya naik mobil dengan selamat. Namun, orangtua anak-anak naik motor keburu tersambar wedhus gembel,” kisah Mbah Wiyono di pengungsian Balaidesa Tlogo, Prambanan, Klaten, Rabu (24/11).
Orangtua anak-anak malang itu, Suroso dan Mariyam pergi tanpa sepucuk pesan apapun. Kepergiannya sungguh telah menorehkan kesepian di tengah keriangan anak-anak mereka. Ketika teman-teman mereka belajar dengan riang ditemani ayah ibunya, ketiga bocah yatim piatu itu hanya ditemani sepi dan kesedihan. “Sejak tinggal di pos pengungsian, kedua cucu saya yang besar selalu mengajak pulang. Padahal, rumah kami di Glagaharjo, Cangkringan, sudah tak tahu bagaimana kondisinya,” lanjut Mbok Wiyono penuh gamang.
Perempuan yang hanya bekerja sebagai buruh tani itu sudah hampir tiga pekan tinggal di pengungsian di Baladesa Tlogo, Prambanan. Di pengungsian itu, ia hidup bersama ketiga cucunya dari uluran tangan-tangan dermawan. Tak ada sisa harta yang ia selamatkan selain nyawa dan beberapa potong baju bersalin. Selebihnya, adalah kisah kepedihan dari letusan Merapi, termasuk anak sulungnya, Suroso dan menantunya, Mariam. “Saya sudah ikhlas. Ini memang kehendak Yang Maha Kuasa,” katanya tegar.
Arif Rahman Hakim, cucunya paling kecil itu barangkali terlalu dini untuk berpisah dengan kedua orangtuanya. Begitu pun kedua kakaknya, Rizal Hakim dan Taufik Rahman. Mereka adalah anak-anak yang masih panjang hari depannya. Di hadapan Ny Lisa Mustofa Abubakar, istri menteri BUMN yang berkunjung kepadanya, Mbok Wiyono tak terlalu berharap. Ia hanya mengutarakan tentang masa depan anak-anak itu, terutama tentang pendidikanya. “Saya akan tetap mengasuh cucu-cucu saya sebisanya. Masih ada sepetak sawah di desa untuk digarap,” harap Mbok Wiyono.


No comments:

Post a Comment

Tentang Blog

Ini hanya cerita tentang orang biasa. Tentang ketegarannya, kesabarannya, ketekunannya, kebesaran jiwanya, dan kepasrahan hidupnya kepada pemangku jagad ini.

Terpopuler

Designed ByBlogger Templates